Tafsi Surah Al-Baqarah : Ayat 1 hingga 10



 

Katakanlah, "Sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menuliskan firman-firman Tuhanku, niscaya akan habis air laut itu sebelum firman-firman Tuhan habis tertulis, dan demikian juga halnya jika Kami datangkan tambahan sebanyak itu lagi." (18:109).
 
Alquran adalah kata-kata transenden dari yang Maha-transenden, Sang Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu. Bersama Alquran, penciptaan dimulai ketika Allah mengikat perjanjian kita dengan bertanya, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?." Bersama Alquran, sejarah dimulai ketika Tuhan berkata kepada para malaikat, "Aku akan menciptakan seorang khalifah di muka Bumi." Dalam Alquran, sejarah meneruskan perjalanan kosmisnya dari keberagaman benda dan nama-nama, menuju yang Satu, ketika "Bumi bersinar dengan cahaya Tuhan" dan ketika suara abadi Tuhan yang Mahahidup dan Mahakuasa menantang semua makhluk, "kepada siapa semua makhluk berpulang?." Pertanyaan ini kemudian dijawab dengan, "kepada Allah yang Maha Esa dan yang Maha Penakluk!" Meskipun demikian, dengan belas kasih-Nya yang tak terhingga, Allah menghendaki Alquran sebagai firman-Nya yang abadi, yang masuk dalam sejarah kita yang fana, agar memandu dan membentuk sejarah manusia menuju kesempumaan, ketika hanya Dia yang menjadi Raja dan Tuan bagi semua.
 

Alquran yang selalu kita tulis dalam lembaran-lembaran (mashahif), kita hapal dalam hati, dan kita baca dengan lidah, diturunkan kepada seorang hamba dan rasul Allah tercinta, Muhammad saw., semoga rahmat Allah beserta beliau, para ahlul bait, dan sahabatnya yang hanif.
Ilmu penulisan, pemahaman, dan penafsiran Alquran selalu menjadi bahan kajian para pemikir cemerlang sepanjang sejarah umat Islam. Hasil dari upaya keras ini termuat dalam berbagai literatur tafsir. Alquran, dalam dimensi tersembunyi yang tak terbatas, hanya diketahui oleh Allah. Tetapi, bagi Nabi dan segelintir pengikutnya yang terpilih, tabir itu disingkap sehingga mereka mampu menyentuh misteri terdalam Alquran dengan hati dan pikiran mereka yang bersih, "hanya orang yang sucilab yang boleh menyentuhnya." Para kekasih Allah yang saleh (auliya Allah asshalihin), yaitu orang-orang yang memurnikan hati mereka di dalam samudra pengetahuan, telah memberikan kita kiasan-kiasan dan petunjuk yang dapat memandu kita dalam perjalanan (suluk) kita menuju Allah.
 

Tafsir-tafsir Syekh Fadhlullah Haeri bertujuan untuk menjadikan Alquran sesuai untuk manusia modern. Tafsir-tafsir ini bertujuan agar manusia modern dapat merenungi Alquran, memahaminya, serta menjadikannya sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perjalanan spiritual mereka. Dia ingin menampilkan Alquran dalam bahasa aslinya, Arab, dan untuk mengkaji makna lahiriah maupun makna tersembunyinya. Selain itu, karya ini menampilkan Alquran, baik dari segi historis dan eksoterisnya, maupun dari segi kedalamannya, kepada pembaca Barat. Dalam usaha tafsir ini, karya-karya standar dalam bidang tafsir juga digunakan, khususnya karya-karya yang relevan dengan konteks masa kini. Buku ini adalah buku pertama dari lima buku yang dibuat untuk mencapai tujuan tersebut.
 

Alquran harus berbicara untuk segala kondisi. Dan ini hanya akan efektif jika dilakukan lewat perenungan yang mendalam. Lewat perenungan Syekh Fadhlullah Haeri, yang hatinya diterangi oleh Allah, maka dimensi terdalam Alquran akan dapat tergapai.
 

Katakanlah, "Beramallah karena Allah, rasul-rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan menjadi saksi perbuatanmu. Hanya kepada-Nya kita beriman, karena hanya dengan-Nya ada panduan yang benar, dan hanya kepada-Nya kita kembali." (Q.S. 9: 105).